Kepadamu laki-laki yang pernah mengisi hidupku..
Yang sempat memberi warna pada hidupku..
Setelah sekian lama warna-warna itu tak kau lukis, hidup ini terasa polos.
Dahulu..yang tadinya aku tak mau mengenal warna-warni hidup kau memaksaku serta meyakinkanku bahwa warna-warni hidup itu indah.
Dan benar aku sempat merasakan semua itu, kamu sukses dalam meyakinkanku bahkan sempat kau buat ku melayang..
Saat aku mulai merasa berbunga, kamu pergi entah kemana membuatku bingung..membuatku murung.. Haruskah aku mencarimu? Tapi kemana?
Sungguh aku tak tau arah..Tuhaan..harus kemana ku langkahkan kakiku?
Harus kemana ku mencarinya?
Ku berjalan berteman sunyi berharap menemukan bayang orang yang melukis warna hidupku..tapi sudah tujuh purnama kulalui tak juga kutemukan bayangmu.. Letih rasanya.
Ingin sekali ku menyerah tapi aku berharap tentang bahagia yang sempat kau janjikan padaku. Dan pada ujung keletihan ini Tuhan mengirmku seorang yang teramat baik. Dia yang membuatku kembali tersenyum serta menguatkanku bahagia itu ada dan setiap orang memiliki kebahagiaan masing masing.
Aku mulai terbiasa dengan keadaan ini.aku mulai nyaman.
Telah kusimpulkan dengan keadaan ini aku yakin dengan waktu singkat pasti aku lupa denganmu.
Setengah kubisa melupaknmu entah apa rencana Tuhan..kenapa harus aku dipertemukan kembali denganmu?
Ahh..sudahlah lupakan rasa kecewa itu bukankah ini yang selama ini ku inginkan?
Lalu apa lagi? Sempat ku bimbang antara haruskah ku bahagia atau..
Ahh..audahlah yang jelas kamu kembali untukku. Untukku?? Rupanya saya salah kamu datang bersama wanita cantik itu. Siapa dia?? Lalu apa maksud dari semua ini?
Sudahlah ku kuatkan hati ini mungkin ini adalah jawaban atas pencarianku.
Baiklah saya akan berdiri lagi dengan sendiri kali ini.
Dua tahun berlalu..
Entah badai apa yang membawamu mendatangi ku..
Heyy taukah kamu apa yang kamu perbuat padaku?
Taukah kamu? Lukaku itu belum saja kering kenapa kamu harus datang lagi?
Kedatanganmu itu membuat luka saya kembali tergores.
Saat saya terpuruk kamu mengulurkan tangan dengan mudahnya kau ukir janji manis.
Saya tidak tau apa rencana kamu selanjutnya yang jelas saya pernah kecewa.
Logikaku menolak dirimu serta janjimu..entahh bahkan sempat ku bertanya sesungguhnya kamu pandang aku sebagai apa? Hansapastkah? Atau sendal jepitkah?
Yang bisa kamu pakai dan tinggalkan saat kamu telah temukan sepatu?
Saat itu pula aku tersadar dan meyakinkan diri aku bukanlah seperti di anganmu itu.
Kepadamu laki-laki yang pernah singgah..
Aku bisa saja dengan mudah memaafkanmu tapi ingat luka saya bukan kamu yang tanggung, tapi saya yang rasakan.
Bogor, maret 2017.